Infoinhil.com – Inhil, Sebanyak 27 siswa-siswi di Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, mengalami keracunan makanan diduga akibat konsumsi makanan dari program Bantuan Makanan Gratis (BMG) SPPG Kembang.
Insiden yang terjadi pada Sabtu (23/8/2025) ini memicu keprihatinan banyak pihak, salah satunya Anggota DPRD Provinsi Riau dari Dapil Inhil, H. Ikbal Sayuti.
“Program ini seharusnya memberi gizi, bukan menimbulkan keracunan. Saya sangat menyayangkan kejadian ini,” kata Ikbal saat ditemui, Senin (25/8/2025).
Berdasarkan data RSUD Puri Husada Tembilahan, per Sabtu siang, seluruh korban masih dirawat. Direktur RSUD, Rahmad Susanto, merinci korban berasal dari SD 032 sebanyak 18 orang, SD 008 lima orang, SD Muhammadiyah satu orang, SMA Negeri 1 Kota Tembilahan satu orang, TK Faturrahman satu orang, serta satu orang dari keluarga petugas program BMG.
“Hasil pemeriksaan sampel makanan dan muntahan menunjukkan adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) pada mie, sayuran, dan orak-arik telur yang dikonsumsi anak-anak,” ungkap Rahmad.
Ikbal menegaskan bahwa laporan yang ia terima menunjukkan adanya makanan yang sudah berlendir dan berbau tidak sedap sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.
“Kalau sudah begini, tentu orang tua jadi khawatir menitipkan anaknya di sekolah. Pemerintah harus lebih serius memastikan kualitas makanan, jangan asal-asalan,” tegas politisi Partai PPP tersebut.
Ia juga menekankan pentingnya uji mikrobiologi sebagai prosedur wajib pengecekan kualitas makanan sebelum disalurkan. Dari hasil laboratorium, diketahui kontaminasi bakteri E. coli menjadi penyebab utama keracunan.
Kabar baiknya, kondisi 27 siswa yang keracunan kini mulai membaik setelah mendapat perawatan medis.
“Saya bersyukur anak-anak sudah mulai pulih. Tapi ini harus menjadi pelajaran berharga. Program bapak presiden harus benar-benar berjalan sesuai harapan, memastikan anak-anak menerima makanan bergizi dan sehat,” ujar Ikbal.
Kasus keracunan ini mendapat perhatian nasional karena berkaitan langsung dengan program pemerintah pusat yang diharapkan mampu mengatasi masalah gizi anak-anak di Indonesia.
Banyak pihak mendesak agar pelaksanaan program bantuan makanan dilakukan lebih transparan dan akuntabel.
Dengan insiden ini, diharapkan menjadi momentum perbaikan sistem penyaluran makanan bergizi di seluruh daerah sehingga tujuan mulia program pemerintah tidak lagi mengorbankan kesehatan anak-anak.





