Infoinhil.com – Menurut penuturan beberapa orang tua dulu yang mengetahui sejarah awal berdirinya Masjid Agung Al Huda menceritakan bahwa Masjid ini dibangun pada tahun 1900 dengan konstruksi bangunan dari kayu yang menggunakan atap sirap (atap yang terbuat dari kayu ulin).
Masjid ini merupakan satu-satunya Masjid yang berada di kota Tembilahan pada masa itu.
Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan kaum muslimin dan muslimat untuk kota Tembilahan dan sekitarnya.
Dari Masjid inilah setiap waktu dikumandangkan gema azan sebagai pertanda waktu sholat telah masuk dan di Masjid ini pula dipusatkan kegiatan atau peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, peringatan Nuzulul Al-Quran, peringatan Tahun Baru Islam dan kegiatan keagamaan Islam lainnya.
Masjid ini dibangun dengan biaya yang berasal dari sumbangan wakaf, infaq dan sedekah dari kaum muslimin dan muslimat yang berada di kota Tembilahan dan sekitarnya.
Sesuai dengan perkembangan, kemajuan dan pertumbuhan penduduk Tembilahan, maka Masjid Agung Al-Huda juga mengalami beberapa kali renovasi dan perombakan yang dilakukan sebanyak 3 kali.
Renovasi Pertama Tahun 1935, Konstruksi Tetap Daya Tampung Diperluas

Pada tahun 1935 diadakan perbaikan dan pelebaran luas bangunan, sehingga daya tampung jama’ah lebih banyak disebabkan jumlah penduduk kota tembilahan saat itu, dimana perombakan hanya dengan memperluas bangunan sedangkan konstruksi bangunannya tetap seperti semula, pondasi terdiri dari tongkat ulin, dinding papan dan atap sirap.
Renovasi Kedua Tahun 1968, Masjid Al Huda Dibikin Dua Lantai
Pada tahun 1968 dengan pelebaran luas bangunan dan perombakan konstruksi bangunan pada pondasi yang semula terdiri dari tongkat kayu ulin diganti dengan tembok pasir semen, dinding papan diganti dengan semen pelasteran dan atap sirap diganti dengan atap seng.

Disamping itu, perubahan yang besar adalah bangunan terdiri dari lantai I dan lantai II. Konstruksi bangunannya semi permanen dengan kapasitas daya tampungnya dua kali lipat, karena lantai I dan lantai II digunakan untuk sholat.
Pada waktu perombakan kedua ini, kotaTembilahan telah berubah menjadi ibukota Kabupaten Indragiri Hilir.
Renovasi Ketiga Tahun 1994, Masjid Al Huda Dirombak Total Menjadi Permanen

Pada tahun 1994 Masjid Agung Al-Huda mengalami perombakan total, bangunan Masjid diperluas, pondasi bangunan tetap berlantai dua (bertingkat) dengan memiliki 4 buah menara.
Konstruksi bangunan permanen, lantai dan dinding Masjid terbuat dari keramik, ruang bagian depan sebelah kanan Masjid Agung Al-Huda Tembilahan dijadikan ruang perkantoran sub-sub bidang kepengurusan, sedangkan bagian depan sebelah kiri dipergunakan untuk ruang rapat pengurus, perpustakaan mini dan ruang sekretariat Masjid Agung Al-Huda Tembilahan.

Peresmian pemakaian Masjid Agung Al-Huda Tembilahan dilakukan oleh Bapak Drs H. Azwin Yacub ( Bupati Indragiri Hilir) pada tanggal 12 Januari 1999 bersamaan dengan tanggal 24 Ramadhan 1419H.
Komentar