Berita

Saat Melawan Pandemik Covid-19, Pengelola Warung Kopi di Tembilahan Mengeluh

×

Saat Melawan Pandemik Covid-19, Pengelola Warung Kopi di Tembilahan Mengeluh

Sebarkan artikel ini

Infoinhil.com- Saat melawan pandemi corona virus (Covid-19) di Indragiri Hilir (Inhil), Pemerintah telah mengeluarkan himbauan agar masyarakat tidak melakukan segala bentuk aktivitas keramaiam dan bagi pengelola usaha hiburan agar menutup tempat usahanya untuk sementara.

Surat edaran bernomor 30521/SE/2020 tanggal 16 maret 2020 tentang kewaspadaan dan pencegahan penularan coronavirus disease 2019 dan keputusan bupati nomor 317/III/HK-2020 tentang penetapan status siaga darurat bencana non alam.

Dalam surat edaran tersebut, warung makan, cafe masih diperbolehkan buka selama masa waspada corona asalkan tidak menyediadakan tempat, berupa meja dan kursi. Makanan yang dibeli dibungkus dibawa pulang kerumah.

Imbauan tersebut guna memutus mata rantai penyebaran corona virus demi menyelamatkan nyawa warga. Namun, imbauan yang memakan puluhan hari itu membuat para pengusaha kecil seperti warung kopi mengeluh.

Pasalnya, warung kopi berbeda dengan warung makan atau warung pasar yang bisa dibungkus belanjaan bawa pulang.

Hal tersebut disampaikan pemilik warung kopi, Sam (40 tahun) saat ditemui awak media, Minggu (5/4/2020) pagi.

“Harus ada solusi. Omset warungnya menurun drasktis, karena pengunjung tidak bisa duduk santai menikmati kopi jualannya. Pengunjung memesan kopi ketika duduk santai di warung. Kalau tidak ada pengunjung, kopi warung kami tidak ada yang beli. Berbeda dengan warung makan dan pasar,”katanya.

Budaya warung kopi berbeda dengan tempat usaha lainnya. Karena masyarakat kebiasaan minum kopi duduk santai setiap hari sebagai bentuk guyub atau kerukunan warga, bagian dari negosiasi, hingga sebagai prestise yang menunjukkan status sosial.

Dikatakannya, tidak merasa kecewa dengan surat edaran Bupati tersebut. Juga tidak mencoba membangkang atas imbauan dari Kapolri untuk menghindari aktifitas keramaian. Namun, harus ada solusi ketika kebijakan itu diterapkan agar tidak terjadi gejolak sosial berdampak kepada ekonomi rakyat bawah.

“Harusnya ada solusi, agar kebijakan ini tidak dipukul rata. Misalnya usaha pemilik warung kopi diberi intensif, agar kebutuhan terpenuhi,”lanjutnya.

Ditegaskannya, jika protokol kesehatan dalam bisnis kuliner untuk mencegah virus corona harus ditutup, Sam mengaku akan siap merelakan profit warung kopinya untuk kepentingan lebih besar. Namun harus ada solusi agar warga kelas bawah bisa bertahan ketika gempuran melawan coronavirus.

Keputusan tutup sementara adalah upaya dari pelaku usaha untuk mengoptimalkan masa social distancing (jaga jarak) untuk melawan penyebaran virus corona. Inti dari social distancing adalah strategi kebijakan publik untuk menghambat penyebaran virus.

“Dengan imbauan tersebut saya pasti akan mematuhinya, akan tetapi Pemerintah harus lebih memikirkan akan hal kebijakan tersebut,”tutupnya.

(**)